Senja putri bungsu dari keluarga sederhana, dengan dua orang kakak. Ayah-nya hanya seorang pegawai negeri dan Ibu-nya seorang ibu rumah tangga yang menekuni bisnis catering.
Senja anak manja, tak pernah bisa jauh dari sang Ibu. Ibu memang memanjakan Senja, namun Ayah.. Ayah yang seorang polisi, mendidik anak anaknya dengan 'keras', tegas, dan buat keluarga kecil itu sosok sang Ayah adalah Ayah yang gagah, bijaksana, bertanggung jawab dan tampan. Sang Ayah ber-alis-tebal, ber-hidung-mancung, persis orang keturunan Arab-India. Sedangkan Ibu, sosok malaikat dan bidadari yang ada ditengah keluarga kecil itu. Ibu cantik, lembut, penuh kasih-sayang dan cinta. Keduanya tak dapat dideskripsikan yang pasti Mereka adalah malaikat buat Senja.
Sampai suatu hari. Keluarga Senja menghadapai masalah yang berat, saat itu Senja masih berumur-akan-8tahun, tidak mengerti apa apa tentang apa yang terjadi di keluarganya. Dirumah sederhana itu tinggal Ayah, Ibu, Kakak Perempuan-nya, dan Senja.
Yaa, waktu itu Senja kelas 3 SD. Kakak perempuan Senja yang sudah menikah pergi dipanggil Sang Maha Kuasa. Masih muda, masih terlalu muda namun apa daya, takdir Tuhan tak mengenal usia.
Dari situlah semuanya berubah, Ayah dan Ibu nya jadi sering sakit-sakitan.
Tak lama, tak ada setahun, Ayah nya pun dipanggil Tuhan. Senja belum mengerti apa apa, dia masih terlalu kecil, saat sang Ayah dalam keadaan sakaratul maut pun Senja masih asik bermain dengan teman sebayanya. Senja yang masih kecil itu dipanggil Ibu, untuk menemui ayahnya. Ayah masih bisa bicara, walaupun suara dan tenaga nya sepertinya tak ada. Sang Ayah mengulurkan tangannya, Senja dengan hormat dan penuh kasih sayang mencium tangan ayahnya, dan diusapnya kepala putri bungsunya itu. Senja tak tahu kalau itu akan menjadi yang terakhir, mencium tangan sang ayah, merasakan lembut belainya, melihat senyumnya yang kala itu senyum sang ayah tak seperti biasa, lemah.
Seperti berat untuk meninggalkan putri kecilnya, Senja yang duduk tepat di samping kepala sang ayah. Memegang erat tangan putrinya, dia meminta maaf denga suara yang seperti orang sesak nafas..
"De, maafin Ayah yaa. Ayah belum bisa ngasih apa apa. Jadilah putri kebanggaan ayah" sambil tersenyum.
Masih terekam lekat dalam hati dan pikiran Senja, saat sang ayah mengucap pesan tersebut, bagaimana ruangan itu menjadi hening, yang terdengar hanya isak tangis sang Ibu, Kakak, Kakek dan beberapa anggota keluarga lainnya. Senja didekap sang ibu, dibelainya, diciumnya, yaa mungkin saat itu sang ibu sudah tau bahwa sang ayah tak lama lagi akan pergi.
Kakek, menuntun ayahnya Senja membaca kalimat Syahadat, doa selamat..Sang ayah mengikuti kakek, namun ditengah tengah doa selamat, nafas ayah seperti tersedak, lehernya menguat, seperti orang sesak nafas yaa orang sesak nafas. Namun ternyata ? Ah, tak perlu dibicarakan. Kalian pasti tahu apa yang terjadi terhadap ayahnya Senja.
Dan semuanya pun berubah-lagi. Senja sekarang sudah kelas 4 SD. Senja dan Ibu pindah rumah. Dirumah kecil itu yang tinggal hanya berdua, Senja dan Ibu.
Ibu-pun sakit, yaa Senja tahu betul bagaimana rasanya ditinggal seseorang yang sangat dicintai. Dari situpun, Senja sering bolos sekolah, dan sesekali bolos ke tempat ngaji hanya untuk menemani sang ibu. Sampai suatu saat guru ngajinya Senja bertanya "Kok sekarang sering bolos ngajinya, de ?" dengan polosnya Senja menjawab "Dede sering bolos, soalnya mau jagain mama. Dede gamau biarin mamanya sakit, sendirian..".
Mungkin saat itu guru ngaji Senja hatinya terenyuh, mungkin.
Setiap hari, sepulang sekolah, sang ibu selalu saja memasak masakan kesukaan anaknya, Senja.
Di hari itu, ibu menyiapkan nasi hangat dengan lauk sederhana dan mereka makan bersama, yaa selalu begitu setiap hari.
Suatu hari, ketika Senja sakit, ibu memasakka sup hangat, Senja masih ingat bagaimana sibuknya ibu hari itu. Sampai akhirnya Senja dan ibunya duduk di meja makan dengan semangkuk sup hangat. Dia memang bidadari yang Tuhan Kirim untuk Senja, untuk keluarga Senja.
Banyak kenangan Senja, yang tak dia ceritakan padaku, namun Senja bercerita bagaimana waktu itu, hari itu terjadi.
"Sore itu, kakek, dan kakak ada dirumah kecil itu. Tak ada tanda tanda tentang itu, mama baik baik saja. Masih ngobrol sama kakek, sama kakak. Yaa, sore ntah jam berapa, mama ambil air wudhu dan akan sholat ashar, uda pake mukena, tiba tiba mama batuk dan batuknya berdarah, kakak waktu itu lagi dikamar mandi, langsung buru buru keluar, nyari dokter dan obat. Seolah tak ada rasa sakit, mama yang masih pake mukena tiduran, miring dan menghadap sebelah kanan. Kakek yang menuntun mama membaca syahadat, aku tau, tapi aku pura pura ngga tau. Airmata pun tak terbendung lagi, aku dipeluk kakak ku, dan aku masih ingat bagaimana dia memelukku, mendekapku, erat, erat sekali..Mama pergi dengan senyum, yaa mungkin mama bahagia akan bertemu ayah dan kakak perempuanku di sana"
Senja bercerita padaku, matanya berkaca kaca dan terkadang bahkan sering airmata yang dia tahan, deras mengaliri pipinya.
"Setelah mama pergi, aku masih harus tetap melanjutkan sekolahku, melanjutkan cita-citaku, dan mewujudkan apa yang ayah dan mama mau"..
Sekarang Senja hanya seorang anak yatim-piatu.
Sang kakak yang sudah bekerja di kota, dan bahkan sesekali tugas keluar kota. Membuat Senja dan sang kakak jarang bertemu, cuma berkomunikasi via sms atau sesekali ber-telfon.
Senja tinggal berama orang lain, bukan saudara, namun karena keluarga Senja dan keluarganya sudah seperti saudara. Bapak Jajang dan Mak Titi, rumahnya tak jauh dari rumah Senja, hanya berbeda dua-tiga rumah saja.
Keluarga Bapak Jajang, bisa dibilang keluarga besar, rumah yang tak terlalu besar itu diisi oleh mereka dengan 5 orang anaknya, namun mereka masih bersedia menerima Senja, tinggal bersama mereka, berbagi tempat tidur dengan Senja, dan memberi kasih sayang nya untuk Senja.
Yaa, namun tetap terasa berbeda, mereka bukan orang tua kandung Senja. Senja iri, cemburu, karena keluarga itu utuh, ada ibu, ayah, dan kakak kakak yang bisa menasehati dan mengajari adik adiknya. Sedangkan Senja ? Apa yang dia punya ? Kakak ? Kakak pun jauh, tak bisa setiap hari seperti mereka, bercerita, bercanda, belajar dan menghabiskan waktu bersama.Di peluk ibu, ayah. Aah.
"Mama terlalu sayang sama Ayah, buktinya mama nyusul ayah. Dan aku
yakin Tuhan pasti mempertemukan malaikat-malaikatku disana, di Surga.
Aku iri, sama temen temen yanng orangtuanya masih ada, bukan mau
dimanja, cuma kangen dipeluk sama mama, dimarahi ayah, kangen tidur
sama mama, yaa kangen lah pelukan mama, dan mungkin aku pun hampir lupa
rasa hangatnya dipeluk mama, gimana nangisnya kalo dibentak dan
dimarahi ayah, sekarang ? aku ngga pernah dapet pelukan.."
Penuh suka duka, sebesar dan sebahagia apapun Senja tak pernah merasakannya utuh. Senja ingin berbagi kebahagiannya, dengan orangtua dan kakak perempuannya.
Senja-
Jakarta. 19.11.2012.
1 comments:
Boleh kenalan ga sama si gadis kecil ini...:)
Post a Comment